Sabtu, 12 Mei 2018. Bertempat di hall Thammasat University, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Thailand (Permitha) telah mengadakan Simposium PPI Kawasan Asia Oseania 2018. Kegiatan tersebut merupakan puncak dari kegiatan simposium yang dilaksanakan dari tanggal 11 hingga 13 Mei 2018. Kedutaan Besar Repupblik Indonesia (KBRI) Thailand melalui Prof. Dr. Mustari, M.Pd selaku Atase Pendidikan dan Budaya sangat mendukung acara ini karena merupakan ajang silaturahmi PPI dari berbagai negara di kawasan Asian Oseania serta menumbuhkan jiwa advokasi mahasiswa kepada masyarakat sekitar yang pada acara ini terfokus pada Human Trafficking and Migrant Workers. Acara diawali dengan presentasi dua finalis kompetisi esai yaitu Siti Malikatul Mushowwiroh dan Adhitya Saputra Surbagung yang bertemakan End the modern-day slavery serta dilanjutkan dengan sesi diskusi. Meskipun kedua finalis masih muda namun pemaparannya sangat bagus serta dapat mengikuti sesi diskusi dengan sangat baik yang kemudian ditutup dengan coffee break. Setelah juri memberikan penilaian terhadap dua finalis tersebut, makan saudara Siti Malikatul Mushowwiroh dengan judul Accomplish emancipation approach & role of youth as way to solve modern day slavery: cycle of society with unindependent economy will be like botched emancipation, no job opportunity. Suggested solutions: new creativity employment dinobatkan sebagai juara pertama, serta saudara Adhitya Saputra Surbagung sebagai juara kedua Globalization impact on ASEAN economic community(AEC): modern slavery, human trafficking, southeast asia hard labour migration.
Pembukaan symposium dilaksanakan setelah pemaparan esai oleh kedua finalis yang diawali oleh sambutan Ketua Panitia, Presiden Permitha, Koordinator PPI Kawasan Asia Oseania, Dean of Faculty Liberal Arts Thammasat University serta Wakil Duta Besar KBRI Thailand, laporan mengenai acara disampaikan oleh ketua panitia saudara Haerul Imam yang menyatakan bahwa segenap panitia telah mempersiapkan acara ini semaksimal mungkin sehingga acara ini dapat terlaksana dengan lancar meskipun masih ada beberapa kekurangan. Saudara Fadjar Mulya selaku Presiden Permitha mengucapkan terimakasih kepada seluruh panitia, KBRI Bangkok, seluruh delegasi PPI kawasan Asia Oseania, Thammasat University serta para undangan dan para pembicara yang telah turut andil dalam menyukseskan acara ini.
Zulfadli S.Kom selaku Koordinator PPI Kawasan Asia Oseania berharap hasil diskusi dari acara ini dapat menjadi bahan pembahasan pada simposium PPI dunia yang akan dilaksanakan pada tanggal 24-26 juli 2018 serta memaparkan sejarah panjang modern slavery & human trafficking. Associate Professor Dumrong Adunyarittigun selaku Dean of Faculty Liberal Arts Thammasat University berterimakasih atas penunjukan Faculty Liberal Arts Thammasat University sebagai host Simposium PPI kawasan Asia Oseania serta memperbolehkan mahasiswa thammasat untuk ikut berpartisipasi dalam acara sebagai peserta sehingga dapat meningkatkan wawasan mengenai immigrant worker di kawasan asia tenggara. Serta Bapak Dicky Komar selaku Wakil Duta Besar KBRI Thailand menyampaikan bahwa acara ini dapat menjadi ajang pembelajaran bagi seluruh peserta simposium sehingga dapat implemetasikan di masyarakat terkait immigrant worker & technical regulation of law serta tak lupa menyampaikan terimakasih kepada Thammasat University karena telah bersedia menjadi host dalam acara ini.
Prof. Dr. Ir Hj. Darmayanti lubis selaku ahli di bidang ketenagakerjaan dan juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPD RI yang pada acara hari ini diundang sebagai keynote speaker menyampaikan perlunya goodwill dari semua pihak yang terkait untuk menciptakan regulasi yang tepat dan benar serta pentingnya pendataan yang menyeluruh terhadap TKI. Data sementara terkait daerah dengan jumlah penyumbang terbanyak TKI adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Setelah penyampaian materi oleh keynote speaker acara dilanjutkan dengan panel diskusi yang terdiri dari dua sesi. Sesi pertama disampaikan oleh Drs. H Hardi Selamat Hood selaku DPD RI – Kepulauan Riau dan Zulfadli S.Kom. Sesi kedua disampaikan oleh Asist. Prof. Dr. Sustarum Thammaboosadee selaku dosen dari Thammasat University yang bergerak di Interdisciplinary Studies dan Bapak Hartanto Gunawan selaku Coordinator Community Learning Centerfor Development of Humanity Wat Arun Rajawararam.
Pada sesi pertama, Drs. H Hardi Selamat Hood menyampaikan bahwa tenaga kerja yang merupakan skilled workers secara tidak langsung dapat meningkatkan harkat martabat NKRI patut diapresiasi dan didorong agar dapat meningkatkan kemampuan. Namun unskilled workers biasanya selain ilegal, juga menimbulkan masalah di kemudian hari. Regulasi mengenai migrasi tenaga kerja sudah dirancang undang-undangnya di tingkat DPD, namun tetap memerlukan goodwill dari semua pihak. Selanjutnya saudara Zulfadli menekankan bahwa kita sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri dapat membantu hal-hal terkait immigrant worker sesuai dengan kemampuan dalam kapasitas kita, termasuk melalui approach pendidikan, serta yang utama adalah melalui advokasi.
Pada sesi kedua, Asist. Prof. Dr. Sustarum Thammaboosadee menyampaikan bahwa human trafficking juga terjadi di Thailand terutama daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, sebagai contoh masuknya immigrant workers dari Myanmar. Ada pula berupa sex workers dari wanita muda Thailand. Dewasa ini banyak ditemukan pekerja legal namun digaji tanpa mendapat uang pensiun ataupun tanpa memberikan asuransi yang layak hal ini merupakan bentuk baru perdagangan manusia yang disebabkan oleh neo-capitalism influence. Bapak Hartanto Gunawan juga menekankan bahwa kita harus mencegah & menekan perdagangan manusia, terutama pada remaja perempuan yang mempunyai latar belakang hidup di desa yang miskin serta memiliki tingkat pendidikan yang rendah untuk menghindari mereka dari godaan menjadi pekerja seks dengan cara memberikan akses pendidikan seperti memberikan beasiswa, pelatihan, & bantuan dalam mencari pekerjaan yang layak setelahnya.
Garis besar dari seluruh rangkaian diskusi Simposium Asia Oseania tahun ini adalah human trafficking & modern slavery dapat ditekan melalui pendidikan, advokasi serta meningkatkan pembukaan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi dalam negeri sehingga tidak perlu ke luar negeri hanya untuk mencari pekerjaan yang layak. Kesemua upaya ini perlu mendapat dukungan dari pemerintah, tetapi tentu dengan tidak melibatkan ke dalam politik praktis sehingga dapat tetap berkesinambungan walaupun di bawah pergantian kekuasaan/transformasi politik.
Kegiatan Simposium ditutup dengan rapat internal PPI Kawasan Asia Oseania yang dimulai dengan evaluasi satu tahun kepengurusan dibawah kordinasi Zulfadli (PPI Malaysia) selaku koordinator, kemudian juga telah dibahas hasil kajian dan rekomendasi PPI Kawasan Asia Oseania terkait masalah Human Traficking and Migrant worker, kajian dan rekomendasi ini akan dibawa ke Simposium PPI Dunia di Moskow di juli nanti, dan juga akan digabung bersama kajian PPI Kawasan lain (Amerika-Eropa dan Timur tengah-Afrika) dan menjadi kajian dan rekomendasi PPI Dunia untuk pemerintah Indonesia. Rapat internal ditutup dengan terpilihnya PPI Tiongkok sebagai tuan rumah simposium kawasan PPI Asia Oseania 2019, serta Ester Liana (PPI Tiongkok) sebagai Kordinator PPI Kawasan Asia Oseania 2019-2020.