Menyambut Visi Indonesia 2045 dengan Semangat Penelitian

Narasi yang dibawakan dalam Kongres Diaspora Muda Indonesia 2018 adalah menjadi bangsa kreator dan innovator. Dua kata tersebut adalah identitas sebuah negara maju, negara maju sangat identik dengan kreatifitas dan inovasi. Suatu materi akan meningkat nilainya ketika didalamnya ditambahkan sisi kreatif dan inovatif. Bapak Lutfi Rauf, duta besar Indonesia untuk kerajaan Thailand mencontohkannya dengan pohon ketapang yang usianya 80 tahun (mati) teronggok di halaman KBRI Bangkok, daripada di buang saya panggil pemahat dari bali, dengan giat pemahat bali itu pun menyulap batang melintang yang mati itu menjadi pohon kayu bernilai seni, dua kepala naga lengkap dengan sisik dan ekornya mempercantik batang melintak tadi, khas kesenian Asia. Itu tadi contoh dari kreatifitas dan inovasi, hendaknya setiap orang yang menjadi bagian dari sebuah bangsa harus memiliki hal itu.

Beberapa tahun kebelakang kemenristekdikti sangat giat mendorong akademisi di Indonesia untuk menghasilkan publikasi ilmiah, dana-dana penelitian digiatkan dengan harapan penelitian tersebut dapat dipublikasikan di jurnal bereputasi. Penelitian adalah kerja yang mensyaratkan kreasi dan inovasi, tujuannya adalah sesuatu yang bersifat kebaruan (novelty). Jika kita berkaca kepada peradaban eropa, sesuatu yang baru itulah yang menjadikan daratan eropa barat menjadi kawasan maju, kita mengenal banyak saintis-saintis terkemuka dari kawasan tersebut, hingga kini mereka masih konsisten memenangkan hadiah nobel sebagai hadiah prestisius dalam bidang sains dan teknologi.

Kita berharap bangsa kita mulai memimpikan hadiah tersebut dapat diraih oleh anak bangsa, menjadi bangsa yang memiliki rakyat peraih nobel adalah sebuah kebanggaan sendiri. Untuk mewujudkan tersebut perlu kerja jangka panjang yang visioner, kita boleh berharap di 2045 kita akan menyumbang nama-nama besar untuk menyabet penghargaan paling bergengsi tersebut. Maka dari itu syaratnya adalah inovasi dan kreatifitas. Gagasan yang saya tulis disini ingin mengajak semua anak bangsa untuk mulai memperhatikan riset-riset sains dasar (basic science) karena inilah kunci utama peradaban. Penghargaan Nobel sangat dekat dengan sains dasar, nobel penghargaan fisika, kimia, ekonomi, kesehatan, dsb. Juga saya mengajak baik instansi pemerintah dan instansi swasta ikut memberikan suntikan dana kepada institusi penelitian di Indonesia, penelitian adalah investasi untuk menjadi negara maju.

Jikalau kita sudah berhasil menanamkan nilai kreatifitas dan inovasi didalam diri setiap anak bangsa, tentunya kita sudah siap menjadi negara maju bersanding bersama dengan negara-negara yang dikenal peradabannya seperti Jerman, Perancis, Britania Raya, Jepang dsb. Syarat yang lain harus dipenuhi untuk mewujudkan tersebut adalah stabilitas politik dan ekonomi. Ketika suatu bangsa dalam keadaan damai dan tercukupi dalam soal pangan serta tidak adanya kesenjangan sosial tentu akan mudah rakyatnya untuk berkreasi dan berinovasi.

Miris jikalau rakyat belum tahu untuk makan apa esok hari, tapi dituntut untuk menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif, ini hanya berlaku kepada rakyat yang bermental baja. Tapi kita boleh optimis dengan rakyat kita, dengan catatan pemerintah juga harus memperhatikan dua hal tadi, terjaminnya sebuah negara sebagai sebuah negara yang damai, dan terjaminnya pasokan makanan untuk setiap anak bangsa.

Mari sama-sama kita kembali merapatkan barisan sebagai anak bangsa, berkarya dibidang apapun yang kita suka dan saling mendukung antar sesama. Terutama untuk mahasiswa yang bergelut di bidang sains, jadilah manusia yang unggul di bidang tersebut, sains adalah kunci peradaban, tanpa sains tak ada inovasi, tanpa sains tak ada namanya revolusi teknologi. Mari menjadi bangsa yang kreatif dan inovatif.