You are currently viewing #NgajiBarengBuAya: Tadabbur Juz 5 Al-Qur’an — Surat An Nisa

#NgajiBarengBuAya: Tadabbur Juz 5 Al-Qur’an — Surat An Nisa

Surat An-Nisa lebih banyak di juz ini meskipun sudah dimulai di juz 4 dari ayat 1 sampai ayat 23. Surat An nisa merupakan surat terpanjang kedua setelah surat al baqarah. Melanjutkan kisah di surat ali imran tentang perang uhud dimana dapat diklasifikasikan bahwa di surat ali imran menjelaskan tentang “political and theological” lesson sedangkan di surat an-nisa lebih kepada “social and legal matters” pasca perang uhud.

Surat An nisa juga diartikan sebagai surat yang banyak menjelaskan tentang perempuan (an-nisa). Tema utama surat ini adalah masyarakat dan hukum islam yang mengatur terkait berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Pasca perang uhud banyak pejuang perang yang mati syahid (martyred) sehingga menghasilkan beberapa isu sosial yang harus diselesaikan seperti, istri yang ditinggal syahid (janda), anak yatim dan warisan. Surat ini juga mengingatkan kembali semangat persaudaraan dan aktivitas masyarakat yang dijalankan sesuai syariat.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa surat ini banyak menyebut perempuan dan di ayat 34 juga dijelaskan hubungan suami istri serta sifat pria dan wanita secara umum

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.

Sebagai pengingat bahwa meskipun lelaki dan perempuan sama kedudukannya namun Allah menciptakan mereka berdua untuk mengambil peran yang berbeda di masyarakat yang mana mereka saling melengkapi sehingga peran-peran dimasyarakat dapat dijalankan dengan baik.

Lelaki berperan sebagai kepala keluarga yang mana:
1. tidak boleh memimpin secara diktator
2. bertanggung jawab atas apapun yang salah dalam keluarganya

lelaki juga berpean dalam memastikan semua urussan keluarga terurus.

“kamu tidak boleh berekspektasi berlebih jika kamun tidak mengambil peran”

Allah mengajarkan sebuah cara bagaimana meluruskan istri
1. memberikan nasihat/saran: mungkin sang istri lupa/tidak menyadari
2. berpisah ranjang: tidakk tidur bersama, suami pergi ke tempat tidur yang lain
3. memukul tanpa maksud melukai (hit) bukan dengan pukulan kasar (beat), contoh hit adalah memukul dengan 2 sedotan.

bahkan untuk menasehati istri pun diatur, dan sungguh memberi nasehat adalah dengan cara yang terbaik.

Surat ini juga mengatur tentang aturan dan larangan berpoligami (An-Nisa 129):
1. Pasca perang uhud, agar memberikan kenyamanan bagi janda dan anak yatim yang terdampak perang untuk diurus bukan dilupakan
2. meskipun poligami diizinkan, dengan catatan alasannya adalah kebaikan sosial dan komunal, dengan fokus untuk kesejahteraan perempuan dan anak-anak yaitu agar memiliki keluarga lagi.

Syarat berpoligami adalah adil, tapi disebutkan dalam ayat 129 bahwasanya kamu tidak akan bisa berlaku adil kepada isti-istrimu dengan keadilan yang sama. Maksudnya disini keadilan yang sulit diukur seperti rasa cinta yang mungkin sedikit berbeda, tapi keadilan yang bisa diatur adalah seperti pembagian nafkah yang adil, waktu dan juga perhatian.

وَلَنْ تَسْتَطِيْعُوْٓا اَنْ تَعْدِلُوْا بَيْنَ النِّسَاۤءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوْهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۗوَاِنْ تُصْلِحُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

artinya: Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Pada juz 2 dan 3 disebutkan bahwa kita umat islam adalah umat pertegahan dan di juz ini dijelaskan bahwa umat kita akan menjadi saksi dari umat-umat lain dan rasulullah menjadi saksi atas kita yang disebutkan di ayat 41:

فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ شَهِيْدًاۗ

Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahualaihiwasallam berkata kepadaku, “Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku.”
Ibnu Mas’ud berkata: Aku katakan, “Wahai Rasulullah! Apakah saya akan membacakannya kepadamu sementara ia diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab, “Aku senang mendengarnya dari orang selain diriku.” Maka aku pun membacakan surat an-Nisa’, ketika sampai pada ayat [yang artinya], “Bagaimanakah jika [pada hari kiamat nanti] Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, dan Kami datangkan engkau sebagai saksi atas mereka.” ( QS. an-Nisa’: 41 ). Aku angkat kepalaku, atau ada seseorang dari samping yang memegangku sehingga aku pun mengangkat kepalaku, ternyata aku melihat air mata beliau (Rasulullah) mengalir.”

Pelajaran penting lain yang ditekankan dalam surat ini adalah pentingnya mematuhi rasulullah SAW (An Nisa:64)

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ جَآءُوكَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ ٱللَّهَ وَٱسْتَغْفَرَ لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُوا۟ ٱللَّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا

Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Pesan in adalah lanjutan dari pelajaran perang uhud dimana pasukan muslim kalah dikarenakan pemanah tidak mematuhi perintah rasulullah SAW.

This Post Has One Comment

Comments are closed.