Ayat-ayat penutup di surat al baqarah salah satunya ayat kursi (Al-Baqarah:255) “namely the greatest verse in the quran” atau disebut juga “leader of ayah of the quran” yang mana ada beberapa kandungan dari ayat kursi ini diantaranya.
1. Allah Tuhan yang esa (the only one true God)
2. Allah kekal (ever living) dan berdiri sendiri (self sufficient), sementara yang lain bergantung kepada Allah
3. Allah tidak tidur sementara makhluk butuh istirahat/tidur
4. Semua di langit dan bumi adalah milik Allah
5. Tidak ada yang bisa bersyafaat kepadaNya kecuali atas izinNya
6. Mengetahui apa yang terlihat dan tersembunyi
7. “Ars” Allah melebihi langit dan bumi, Allah yang maha tinggi dan maha segala (The mosy high, the most great).
Sebagai penutup Surat Al baqarah yaitu ayat 285-286 dimana dalam hadis HR Bukhari: Siapa yang membaca di ayat terakhir dari surat al baqarah pada malam hari ia akan diberi kecukupan.
اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ – ٢٨٥
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ – ٢٨٦
QS Al Baqarah 285-286.
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali” (285). “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir”.
Setelah surat Al Baqarah kemudian turun surat ali imran yang juga dimulai di juz 3 ini, adapun jembatan dari kedua surat ini terkait ketaqwaaaan “piety”. Al baqarah sebagai petunjuk, sedangkan surat Ali imran sebagai contoh langsung yaitu dari keteladanan keluarga Imran (Imran, Mariam dan Zakaria)
Kisah-kisah keluarga imran
1. Kelahiran seorang putri imran yaitu Maryam
Pada masa itu umumnya keinginan orang tua (termasuk imran) memiliki seorang anak laki-laki yang mana nanti anak tersebut diharapkan menghabiskan waktunya di tempat peribadatan (al quds) baik itu bermain, belajar dan bekerja. Kemudian yang jadi pertanyaan bagaimana jika anak perempuan ?
2. Allah memberikan keluarga imran seorang putri yang nantinya menjadi contoh nyata salah satu keajaiban terbesar yang pernah disaksikan umat manusia, ialah maryam.
Maryam kemudian juga dititipkan dan dididik oleh pamannya Zakaria yang juga merupakan orang shalih disana yang kemudian juga diangkat sebagai nabi. Maryam fokus beribadah di mihrabnya (dekat masjid al aqsa). Suatu ketika Zakaria heran mengapa banyak makanan-makanan/buah-buahan ada disekitar tempat peribadatan maryam padahal saat itu mungkin bukan musimnya buah-buahan tsb. Maryam menjawab bahwa Allah memberi kepada siapapun yang dikehendakinya sebagaimana dikisahkan dalam ayat ke 37:
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Zakaria terinspirasi dengan apa yang disampaikan Maryam yang kemudian beliau berdoa tentang keinginannya untuk memiliki keturunan dan saat itu juga (tanpa jeda) Allah langsung mengabulkan dan memberi nama putra Zakaria bernama Yahya yang artinya hidup. Tentu sebuah kemustahilan ditengah usia Zakaria yang sudah tua dan istrinya yang mandul tetapi di kondisi seperti itu justru Allah mengabulkan doanya dan memberikannya keturunan yang sholih untuk menjadi penyambung dakwah zakaria di masa selanjutnya. Kisah ini juga di mention dalam ayat 38-40.
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
فَنَادَتْهُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٌ يُصَلِّى فِى ٱلْمِحْرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًۢا بِكَلِمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَٰمٌ وَقَدْ بَلَغَنِىَ ٱلْكِبَرُ وَٱمْرَأَتِى عَاقِرٌ ۖ قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَآءُ
Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan suatu kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi diantara orang-orang saleh”. Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”
Kita dapat mengambil kesimpulan dari kisah ini bahwasanya tidak ada yang tidak mungkin jika kita bersama Allah. Mintalah kepada Allah, mudah-mudahan Allah mengabulkan doa kita. Tidak semua yang kita inginkan itu harus dikabulkan, bisa jadi Allah mengganti apa yang kita inginkan menjadi apa yang benar-benar kita butuhkan, dan sesungguhnya apa yang diberikan oleh Allah kepada hambanya itu adalah yang terbaik karena Allah sangat mencintai hambanya.