Pagi menuju siang itu saya pergi ke lab. teman saya di sebuah gedung besar di lantai yang ke sekian belas, setelah selesai dengan urusan dengan teman ini, tak sengaja saya bertemu dengan salah satu senior mahasiswa Indonesia yang sekarang menjadi postdoctoral fellowship di salah satu kampus bergengsi Asia Tenggara.
Hallo Mas, Pie kabare ?
Apik-apik ki,
Wa sibuk ki, Jurnal terus
bermula dari celotehan kecil, mas-nya pun mendongeng dan memberi nasehat, apa intinya ?
kurang lebih seperti ini :
“Jar, pokoknya kalau di luar negeri ini pesanku kamu ndak usah banyak cuap-cuap, kerja nyata aja. Mohon maaf lo, aku walaupun S1 di kampus daerah, tapi Alhamdulillah dapat kesempatan bisa berkarya di luar negeri, ndak usah lah terlalu membangga-banggakan diri, pokoknya kerja dan karya nyata aja.
Kamu tau Pak Ak*ar T*nd*ung, setahu ku beliau itu dulu waktu mahasiswa ya aktivis, Wakil Ketua BEM UI (mohon koreksinya), (setahu saya ya Ketua PB HMI). Nah beliau kan pernah kena kasus korupsi. Nah ada lagi nama pak Fadjr*el Ra*h*an, aktivis ITB. Coba sekarang liat di ngapain ? (muji-muji pemerintah mulu mas), nah betul. Kok tidak seperti waktu mahasiswa dulu, begini saja kalau cuma bisa cuap-cuap, cuapanmu itu bisa di beli lah, makanya beri karya yang banyak selagi di luar negeri ini, kita ndak perlu menunjukkan diri kita lah, pun ketika pulang biasa aja, ndak usah banyak cerita lebay. Soalnya ada orang yang aku kenal lulusan kampus top, ketika aku masih bocah dulu, wuhhh ceritanya besar sekali, membanggakan diri sekali dia, Eh taunya ternyata dapat cerita dari temanya begini-begini. Nah itulah hati-hati, jangan sampai kita membual cerita”
Oh baik lah mas, jawabku sembari melempar senyum yang paling manis.
Bisa jadi pandangan masnya tersebut kurang tepat, tapi ada satu hal yang perlu digaris bawahi tentang rekam jejak: dimana kita belajar, apa yang kita perjuangkan dahulu, cita-cita apa yang kita suarakan, itu semua tentu terekam dengan baik. Wabil khusus untuk teman-teman yang pernah, saat ini dan akan menjadi aktivis mahasiswa, yakinlah akan suara yang kita perjuangkan, niatkan untuk kebaikan dan berdoalah agar kebaikan yang kita suarakan itu istiqomah hingga kita tutup usia, semoga teman-teman yang pernah menjadi aktivis mahasiswa, menjadi orang yang istiqomah dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar serta khusnul khotimah di penghujung usia.
Ah saya jadi ingat salah satu senior HMI Gadjah Mada, Bang Awalil namanya pejuang ekonomi ummat. Koperasi, BMT dsb adalah salah satu jalan perjuangan beliau, selain soal ekonomi ummat, beliau juga sering turun gunung ngopi bareng teman2 HMI Gadjah Mada baik di komisariat ekonomi ataupun cabang. Saya pernah ke rumah beliau yang berada di daerah maguwoharjo. Rumahnya sederhana, kebetulan juga saya kenal salah satu anaknya karena sama-sama belajar di HMI, anaknya cerdas, juara olimpiade astronomi, tapi saat kuliah ambil jurusan ekonomi, wah calon elon musk masa depan ni bocah. Bukan hanya satu, bahkan tiga anak bang awalil yang saya tahu jawara olimpiade semua baik dari cabang astronomi, kimia ataupun matematika. Subhanallah sekali~
Ada juga pak Abdullah Hehamahua, kalau cerita beliau ini saya dapat dari cerita-cerita mengalir di warung kopi bersama teman-teman HMI. Beliau selagi muda sangat radikal dan garang, coba deh baca profil beliau di republika : Kesederhanaan Hidup Abdullah Hehamahua.
Semoga beliau-beliau selalu istiqomah dalam kebaikan.
Pesan bung karno : “Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.”
mungkin pegejawantahan pesan tersebut yaitu segala sifat-sifat kebaikan sangat dekat dengan kesederhanaan, dari kesederhanaan kasih sayang muncul, keistiqomahan, keberanian, kemudahan untuk bersyukur dan segala hal tentang sifat baik.
Tulisan ini murni untuk menjadi pengingat dan pelajaran, terkhusus bagi yang nulis dan syukur-syukur bermanfaat untuk pembaca.
*Fetaured images by: arsavin666.blogspot.com