Al Quran juz 1 dimulai dengan surat al-fatihah, disebut dengan 7 ayat yang diulang-ulang, minimal 17 kali dalam sehari seorang muslim membacanya (didalam shalat). Surat yang dimulai dengan memuji Allah swt dengan sifat rahman dan rahimnya (pengasih dan penyayang). Ayat didalam suratul fatihah juga meneguhkan hubungan kita kepada Allah swt dalam konteks pemujaan kepada Allah, dzat yang disembah seluruh alam (ayat-5).
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Dilanjutkan dengan ayat ke-6 dimana kita memohon petunjuk dari Allah swt .
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” kemudian ayat ke-7 sebagai penutup.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
————
Dua hal yang membuat kita menjauh dari Allah : Arogansi dan Kesalahan.
Arogansi artinya menolak kebenaran, inilah yang dilakukan iblis dan orang-orang yang dengan kesombongan dan kepongahan, contohnya seperti firaun. Semoga kita dijauhkan dari sifat arogansi ini.
Kesalahan dimaknai sebagai kekhilafan karena hawa nafsu, dan kesalahan ini berpotensi untuk dimaafkan oleh Allah dengan cara taubat nasuha. Contohnya seperti nabi adam yang khilaf memakan buah khuldi, kemudian menyesal, mengakui kesalahan, memohon ampun dan bertaubat. Seyogyanya manusia yang disifati “Naas”, “Ins” atau “Insaan” yang artinya pelupa dan berpotensi salah, maka ketika kita melakukan kesalahan, hendaknya kita mengakui, memohon maaf, meminta ampun kepada Allah, berkomitmen untuk berusaha tidak mengulanginya lagi, dan bertaubat dengan sebenar-benar taubat (taubat nasuha), inshaAllah kita berpeluang kembali ke jalan yang benar.
Tema utama dari juz 1 adalah “guidance” (petunjuk), setelah suratul fatihah dilanjutkan dengan surat al-baqarah, surat terpanjang di dalam Al Quran. Al-Baqarah dibuka dengan penegasan bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi kita dengan catatan bahwa kita dapat mengaksesnya sebagai petunjuk dengan syarat hati yang ikhlas untuk meperjuangkan kebenaran.
Ada 3 cara/sikap berbeda orang-orang dalam menanggapi al-quran sebagai petunjuk:
1. Orang yang beriman; mereka percaya, meyakini dan berusaha untuk mengamalkannya
2. Orang kafir; mereka menolak dan menjauh darinya
3. Orang munafik; mereka mengakui tapi tidak mengamalkan. Contoh mengaku muslim tapi tidak melaksanakan shalat. Maka berhati hatilah kita dan sering-seringlah melakukan muhasabah (mengevaluasi) agar kita terjauh dari sifat munafik tadi.
Dalam surat al-baqarah disampaikan juga kisah dari nabi adam, nabi sulaiman dan nabi ibrahim. Kisah nabi adam mengingatkan kita juga bahwa salah satu manusia terbaik pernah melakukan kekhilafan, namun nabi adam mengakuinya, kemudian menyesalinya dan bertaubat. Kesalahan/kekhilafan karena keinginan/nafsu inshaallah dapat diampuni dengan syarat taubatan nasuha.
Berbeda dengan nabi adam, iblis secara terang-terangan menolak kepada kebenaran meskipun dia mengetahuinya, namun karena arogansinya dia menjadi ingkar. Dosa yang disebabkan karena arogansi ini menyebabkan kerasnya hati, dan condong untuk menolak kepada kebenaran.
Kemudian kisah nabi sulaiman yang dengan rahmat Allah diberikan kenikmatan dunia (previlege) yang luar biasa, kekayaan harta, kekuasaan dan hal-hal besar lainnya namun tidak membuat nabi sulaiman ingkar/arogan. Nabi sulaiman dengan semua kemewahannya tetap tunduk dan patuh kepada perintah Allah swt.
Dan terakhir kisah Nabi Ibrahim yang ingin dibimbing/diberi petunjuk untuk keturunannya (Al-Baqarah 128).
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Rabana waj’alna muslimaini laka wa min dzurriyatina ummatan muslimatallaka waarina manasikana wa tub ‘alaina innaka antas sami’ul alim
“Ya Tuhan kami jadikanlah kami orang yang Berserah diri kepada-Mu dan anak cucu kami juga umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami sungguh Engkau Allah yang Maha penerima tobat, Maha penyayang.”
Allah menjawabnya dengan menjaga keturunan nabi ibrahim menjadi nabi-nabi yang menyampaikan wahyu Allah seperti nabi ismail, ishaq serta keturunan-keturunannya: nabi musa, isa, dan sampai kepada nabi muhammad saw.